Pasal
28
Bergaul
Satu Sama Lain dengan Kasih
SERAYA SAUDARA bertumbuh dalam pengetahuan dan penghargaan terhadap Allah Yehuwa dan maksud-tujuan-Nya, saudara akan ingin bergaul secara tetap tentu dengan orang-orang yang juga mempunyai iman dan harapan yang sama ini. Dengan demikian saudara akan menjadi bagian dari organisasi Allah yang kelihatan, suatu persaudaraan Kristen yang sejati. Maka, perintah yang harus saudara taati adalah, “Kasihilah saudara-saudaramu.”—1 Petrus 2:17; 5:8, 9.
2
Kristus Yesus menekankan betapa penting agar para pengikutnya saling mengasihi. Ia berkata kepada mereka: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi . . . Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:34, 35) Ungkapan “saling” dengan jelas memperlihatkan bahwa semua orang Kristen yang sejati akan berada bersama-sama dalam satu kelompok atau organisasi. (Roma 12:5; Efesus 4:25) Organisasi ini akan dikenali karena kasih yang dimiliki para anggotanya terhadap satu sama lain. Jika seseorang tidak memiliki kasih, segala sesuatunya sia-sia.—1 Korintus 13:1-3.
3
Karena itu, umat Kristen yang mula-mula sering kali diingatkan: “Hendaklah saudara-saudara saling mengasihi satu sama lain dengan mesra.” “Terimalah satu akan yang lain.” “Layanilah seorang akan yang lain.” “Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra.” “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam [“merasa kurang enak,” BIS] terhadap yang lain.” “Nasihatilah [“hiburlah,” NW] seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu.” “Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain.” “Kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain.”—Roma 12:10, BIS; 15:7; Galatia 5:13; Efesus 4:32; Kolose 3:13, 14; 1 Tesalonika 5:11, 13; 1 Petrus 4:8; 1 Yohanes 3:23; 4:7, 11.
4
Namun, ini tidak berarti bahwa umat Kristen sejati hanya akan mengasihi sesama anggota organisasi Allah. Mereka harus mengasihi orang-orang lain juga. Alkitab sebenarnya menganjurkan mereka untuk bertambah-tambah “dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang.” (1 Tesalonika 3:12; 5:15) Rasul Paulus memberikan pandangan yang patut dan seimbang. Ia menulis: “Marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” (Galatia 6:10) Jadi meskipun umat Kristen harus mengasihi semua orang, termasuk musuh-musuh mereka, mereka terutama harus mengasihi sesama anggota dari organisasi Allah, saudara-saudara dan saudari-saudari rohani mereka.—Matius 5:44.
5
Umat Kristen yang mula-mula sangat dikenal karena kasih ini, yang mereka praktikkan terhadap satu sama lain. Menurut Tertullian, seorang penulis pada abad kedua, orang-orang akan mengatakan tentang mereka: ‘Lihatlah betapa mereka saling mengasihi, dan betapa mereka siap untuk mati demi satu sama lain.’ Kasih demikian juga tampak di antara umat Kristen sejati dewasa ini. Akan tetapi apakah ini berarti bahwa tidak pernah ada problem atau kesulitan di antara umat Kristen sejati?
AKIBAT
KETIDAKSEMPURNAAN
6
Dari pelajaran Alkitab saudara menyadari bahwa kita semua mewarisi ketidaksempurnaan dari orang-tua kita yang pertama, Adam dan Hawa. (Roma 5:12) Jadi kita cenderung berbuat salah. “Kita semua bersalah dalam banyak hal,” kata Alkitab. (Yakobus 3:2; Roma 3:23) Saudara sepatutnya mengetahui bahwa anggota-anggota dari organisasi Allah juga tidak sempurna dan kadang-kadang melakukan hal-hal yang tidak benar. Ini dapat menimbulkan problem dan kesulitan bahkan di antara umat Kristen sejati.
7
Perhatikan keadaan dua orang wanita yang bernama Euodia dan Sintikhe di sidang Filipi yang mula-mula. Rasul Paulus menulis: “Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.” Mengapa Paulus menganjurkan kedua wanita ini “supaya sehati sepikir”? Jelaslah ada suatu kesulitan di antara mereka. Alkitab tidak menceritakan apa itu. Mungkin mereka saling iri dalam hal tertentu. Namun, pada dasarnya, mereka wanita-wanita yang baik. Mereka sudah menjadi Kristen selama beberapa waktu, bertahun-tahun sebelumnya pernah ikut dengan Paulus dalam pekerjaan pengabaran. Maka ia selanjutnya mengatakan dalam suratnya kepada sidang itu: “Tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil.”—Filipi 4:1-3.
8
Pada suatu waktu, juga timbul kesulitan antara rasul Paulus dan rekan seperjalanannya Barnabas. Pada waktu mereka akan berangkat untuk perjalanan penginjilan mereka yang kedua, Barnabas ingin membawa serta saudara sepupunya, Markus. Akan tetapi, Paulus tidak mau membawa Markus, karena Markus telah meninggalkan mereka dan pulang selama perjalanan penginjilan mereka yang pertama. (Kisah 13:13) Alkitab mengatakan: “Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah.” (Kisah 15:37-40) Dapatkah saudara membayangkannya! Andai kata saudara berada di sana dan melihat hal ini, apakah saudara akan berkesimpulan bahwa Paulus dan Barnabas bukan bagian dari organisasi Allah karena cara bertindak mereka?
9
Pada kesempatan lain rasul Petrus berbuat salah. Ia berhenti bergaul secara akrab dengan umat Kristen non-Yahudi karena takut tidak disukai oleh beberapa dari antara umat Kristen Yahudi yang dengan keliru memandang rendah saudara-saudara non-Yahudi. (Galatia 2:11-14) Ketika rasul Paulus melihat apa yang Petrus lakukan, ia menyalahkan tingkah laku Petrus yang tidak patut di hadapan semua orang yang hadir. Bagaimana perasaan saudara jika saudara adalah Petrus?—Ibrani 12:11.
MENYELESAIKAN
KESULITAN DENGAN KASIH
10
Petrus mungkin saja marah kepada Paulus. Ia mungkin saja merasa tersinggung karena cara Paulus mengoreksi dia di hadapan orang-orang lain. Akan tetapi tidak demikian. (Pengkhotbah 7:9) Petrus rendah hati. Ia menerima koreksi, dan tidak membiarkan hal itu menyebabkan kasihnya kepada Paulus menjadi dingin. (1 Petrus 3:8, 9) Perhatikan bagaimana belakangan Petrus menyebut Paulus dalam surat anjuran kepada rekan-rekan Kristennya: “Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.” (2 Petrus 3:15) Ya, Petrus membiarkan kasih menutupi kesulitan itu, yang dalam hal ini timbul karena tingkah lakunya sendiri yang memang salah.—Amsal 10:12.
11
Bagaimana dengan problem antara Paulus dan Barnabas? Ini juga diselesaikan dengan kasih. Belakangan, ketika Paulus menulis kepada sidang Korintus, ia menyebut Barnabas sebagai seorang rekan sekerja yang akrab. (1 Korintus 9:5, 6) Meskipun Paulus tampaknya mempunyai alasan yang baik untuk meragukan kegunaan Markus sebagai seorang rekan seperjalanan, pemuda ini belakangan menjadi matang sehingga Paulus dapat memujinya, dengan menulis kepada Timotius: “Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.” (2 Timotius 4:11) Kita dapat menarik manfaat dari contoh ini dalam menyelesaikan perselisihan.
12
Nah, bagaimana dengan Euodia dan Sintikhe? Apakah mereka menyelesaikan perselisihan mereka, membiarkan kasih menutupi dosa apa pun yang mungkin telah mereka lakukan terhadap satu sama lain? Alkitab tidak menceritakan kepada kita apa yang akhirnya terjadi atas mereka. Akan tetapi karena mereka adalah wanita-wanita yang baik yang telah bekerja bahu-membahu dengan Paulus dalam pelayanan Kristennya, secara masuk akal kita dapat menarik kesimpulan bahwa mereka dengan rendah hati menerima nasihat yang diberikan. Pada waktu surat Paulus diterima, kita dapat membayangkan mereka saling mendekati dan membereskan problem mereka dengan semangat kasih.—Galatia 5:13-15.
13
Saudara juga, mungkin merasa sulit untuk bergaul dengan seseorang, atau orang-orang tertentu, di sidang. Meskipun mereka mungkin membutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkan sifat-sifat Kristen sejati, pikirkan tentang hal ini: Apakah Allah Yehuwa menunggu sampai orang-orang menyingkirkan semua cara-cara mereka yang buruk, baru Ia mau mengasihi mereka? Tidak; Alkitab mengatakan: “Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8) Kita perlu mengikuti teladan Allah ini dan memperlihatkan kasih kepada orang-orang yang melakukan hal-hal yang buruk dan bodoh.—Efesus 5:1, 2; 1 Yohanes 4:9-11; Mazmur 103:10.
14
Karena kita semua sangat tidak sempurna, Yesus mengajar agar kita jangan suka mengritik orang-orang lain. Memang, orang-orang lain mempunyai kesalahan, tetapi kita pun demikian. “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” tanya Yesus. (Matius 7:1-5) Dengan mengingat nasihat yang demikian bijaksana, kita akan dibantu untuk bergaul dengan baik dengan saudara-saudara dan saudari-saudari kita.
15
Sangat penting agar kita berbelas kasihan dan suka mengampuni. Memang, saudara mungkin mempunyai alasan yang nyata untuk merasa kurang enak terhadap seorang saudara atau saudari. Akan tetapi ingatlah nasihat Alkitab: “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam [“merasa kurang enak,” “NW”] terhadap yang lain.” Akan tetapi mengapa saudara harus mengampuni orang-orang lain jika saudara memang mempunyai alasan yang benar-benar ada untuk merasa kurang enak terhadap mereka? Karena “Tuhan [“Yehuwa”] telah mengampuni kamu,” jawab Alkitab. (Kolose 3:13) Jika kita ingin mendapat pengampunan-Nya, kata Yesus, kita harus mengampuni orang-orang lain. (Matius 6:9-12, 14, 15) Yehuwa, seperti raja dalam salah satu perumpamaan Yesus, telah mengampuni kita ribuan kali, maka tidak dapatkah kita mengampuni saudara-saudara kita beberapa kali?—Matius 18:21-35; Amsal 19:11.
16
Kita sama sekali tidak dapat mempraktikkan kebenaran dan pada waktu yang sama memperlakukan saudara-saudara dan saudari-saudari kita dengan cara yang tidak pengasih dan tidak suka mengampuni mereka. (1 Yohanes 4:20, 21; 3:14-16) Maka jika saudara mengalami kesulitan dengan seorang rekan Kristen, jangan sampai tidak berbicara dengan dia. Jangan menaruh dendam, tetapi selesaikan persoalannya dengan semangat kasih. Jika saudara telah menyinggung perasaan seorang saudara, cepatlah meminta maaf dan meminta pengampunan.—Matius 5:23, 24.
17
Akan tetapi bagaimana jika seseorang menghina, atau berbuat salah kepada saudara dengan suatu cara tertentu? Alkitab menasihatkan: “Janganlah berkata: ‘Sebagaimana ia memperlakukan aku, demikian kuperlakukan dia. Aku membalas orang menurut perbuatannya.’” (Amsal 24:29; Roma 12:17, 18) Kristus Yesus memberi nasihat: “Siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” (Matius 5:39) Suatu tamparan tidak dimaksudkan untuk melukai tubuh, tetapi hanya untuk menghina atau memancing kemarahan. Jadi Yesus mengajar para pengikutnya untuk menghindari keterlibatan dalam pertengkaran atau perdebatan. Sebaliknya daripada “membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki,” hendaknya saudara “mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.”—1 Petrus 3:9, 11; Roma 12:14.
18
Ingatlah, kita harus “memiliki kasih terhadap segenap persekutuan saudara-saudara.” (1 Petrus 2:17, NW) Allah Yehuwa memberikan teladan. Ia tidak pilih kasih. Semua bangsa sama dalam pandangan-Nya. (Kisah 10:34, 35; 17:26) Orang-orang yang akan dilindungi melalui ‘kesusahan besar’ yang akan datang diambil dari “segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa.” (Wahyu 7:9, 14-17) Jadi, dalam meniru Allah, kita hendaknya jangan mengurangi kasih kita kepada orang-orang tertentu karena mereka berasal dari suku, bangsa atau kedudukan sosial yang berbeda, atau mempunyai warna kulit yang berbeda.
19
Berusahalah untuk mengenal dengan baik semua orang dalam sidang Kristen, maka saudara akan mengasihi dan menghargai mereka. Perlakukanlah orang-orang yang lebih tua sebagai ayah dan ibu, orang-orang yang lebih muda sebagai saudara-saudara dan saudari-saudari. (1 Timotius 5:1, 2) Sungguh suatu hak istimewa menjadi bagian dari organisasi Allah yang kelihatan yang bagaikan suatu keluarga, yang anggota-anggotanya dapat bergaul bersama dengan baik dalam kasih. Betapa menyenangkan untuk hidup selama-lamanya dalam firdaus di bumi dengan satu keluarga yang begitu pengasih!—1 Korintus 13:4-8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar