Pasal
15
Kembali
kepada Allah yang Benar
”Aku memberikan kepadamu perintah baru, agar kamu mengasihi satu sama lain; sebagaimana aku telah mengasihi kamu, agar kamu juga mengasihi satu sama lain. Dengan inilah semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-muridku, jika kamu mempunyai kasih di antara kamu.”—Yohanes 13:34, 35.
DENGAN kata-kata itu, Yesus menetapkan patokan bagi orang yang mengaku sebagai pengikutnya yang sejati. Kasih Kristen mengatasi semua perbedaan ras, suku, dan bangsa. Dengan demikian, orang Kristen sejati harus ”bukan bagian dari dunia” seperti halnya Yesus, dahulu dan sekarang, ”bukan bagian dari dunia”.—Yohanes 17:14, 16; Roma 12:17-21.
2
Bagaimana seorang Kristen menunjukkan bahwa dia ”bukan bagian dari dunia”? Contohnya, bagaimana seharusnya tindakan dia sehubungan dengan pergolakan politik, revolusi, dan peperangan pada zaman ini? Selaras dengan kata-kata Yesus di atas, rasul Kristen Yohanes menulis, ”Setiap orang yang tidak terus melakukan keadilbenaran tidak berasal dari Allah, demikian juga orang yang tidak mengasihi saudaranya. Karena inilah pesan yang telah kamu dengar sejak awal, yaitu bahwa kita harus mengasihi satu sama lain.” Dan, Yesus sendiri menjelaskan mengapa murid-muridnya tidak bertempur untuk membebaskan dia, dengan berkata, ”Kerajaanku bukan bagian dari dunia ini. Jika kerajaanku bagian dari dunia ini, pelayan-pelayanku pasti sudah akan berjuang . . . Tetapi kerajaanku bukan dari sumber ini.” Bahkan ketika nyawa Yesus terancam, para pengikutnya tidak mengikuti cara dunia ini menyelesaikan pertikaian, yaitu dengan berperang.—1 Yohanes 3:10-12; Yohanes 18:36.
3
Lebih dari 700 tahun sebelum kedatangan Kristus, Yesaya bernubuat bahwa orang-orang dari segala bangsa akan berduyun-duyun menuju ibadat sejati Yehuwa dan tidak akan belajar perang lagi. Ia berkata, ”Pasti terjadi pada akhir masa itu bahwa gunung rumah Yehuwa akan berdiri teguh mengatasi puncak gunung-gunung, . . . dan ke sana semua bangsa akan berduyun-duyun. Banyak suku bangsa pasti akan pergi dan mengatakan, ’Marilah, kamu sekalian, mari kita naik ke gunung Yehuwa, ke rumah Allah Yakub; dan ia akan mengajar kita tentang jalan-jalannya, dan kita akan berjalan di jalan-jalannya.’ Karena hukum akan keluar dari Zion, dan firman Yehuwa dari Yerusalem. Dan ia pasti akan melaksanakan penghakiman di antara bangsa-bangsa dan meluruskan perkara-perkara sehubungan dengan banyak suku bangsa. Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Bangsa tidak akan mengangkat pedang melawan bangsa, mereka juga tidak akan belajar perang lagi.”—Yesaya 2:2-4.
4
Dari semua agama di dunia, mana yang secara mencolok memenuhi tuntutan-tuntutan itu? Siapa yang tidak mau belajar perang meskipun dipenjarakan, dimasukkan ke kamp konsentrasi, dan dihukum mati?
Kasih
Kristen dan Kenetralan
5
Saksi-Saksi Yehuwa dikenal di seluruh dunia karena kenetralan Kristen yang menjadi pendirian mereka masing-masing atas dasar hati nurani. Mereka dipenjarakan, dimasukkan ke kamp konsentrasi, disiksa, diasingkan, dan dianiaya sepanjang abad ke-20 karena menolak untuk mengorbankan kasih dan persatuan mereka sebagai jemaat Kristen sedunia yang mendekat kepada Allah. Di Jerman Nazi selama tahun 1933-45, kira-kira seribu Saksi tewas dan ribuan dipenjarakan, karena mereka menolak untuk bekerja sama dengan gerakan perang Hitler. Demikian juga, pada zaman Franco di Spanyol Fasis dahulu, ratusan Saksi muda dipenjarakan dan banyak yang mendekam dalam penjara militer selama rata-rata sepuluh tahun karena tidak mau belajar perang. Sampai sekarang di beberapa negeri, banyak Saksi muda mengalami penderitaan di penjara karena kenetralan Kristen mereka. Akan tetapi, Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengganggu program militer pemerintah mereka. Para Saksi selalu berpegang teguh pada kenetralan Kristen selama terjadinya semua konflik politik dan peperangan pada abad ke-20. Hal itu menjadi ciri mereka sebagai pengikut sejati Kristus dan membedakan mereka dari agama-agama Susunan Kristen.—Yohanes 17:16; 2 Korintus 10:3-5.
6
Dengan berpegang pada Alkitab dan teladan Kristus, Saksi-Saksi Yehuwa membuktikan bahwa mereka mempraktekkan ibadat kepada Allah yang benar, Yehuwa. Mereka menghargai kasih Allah yang tercermin dalam kehidupan dan pengorbanan Yesus. Mereka mengerti bahwa kasih Kristen sejati menghasilkan persaudaraan sedunia yang bersatu padu—mengatasi perbedaan politik, ras, dan bangsa. Dengan kata lain, Kekristenan bukan sekadar bersifat internasional melainkan supranasional, melampaui batas-batas, wewenang, atau kepentingan nasional. Menurut pandangan Kekristenan, ras manusia adalah satu keluarga dari leluhur yang sama dan Pencipta yang sama, Allah Yehuwa.—Kisah 17:24-28; Kolose 3:9-11.
7
Meskipun hampir semua agama lain pernah terlibat dalam perang—membunuh sesama saudara dan sesama manusia—Saksi-Saksi Yehuwa memperlihatkan bahwa mereka menghayati nubuat dalam Yesaya 2:4, yang dikutip di atas. ’Tetapi,’ Anda mungkin bertanya, ’dari mana asalnya Saksi-Saksi Yehuwa? Bagaimana cara kerja mereka?’
Barisan
Panjang Saksi-Saksi Allah
8
Lebih dari 2.700 tahun yang lalu, nabi Yesaya juga mengucapkan undangan berikut, ”Hai, kamu sekalian, carilah Yehuwa sementara ia dapat ditemui. Berserulah kepadanya sementara ia dekat. Biarlah orang yang fasik meninggalkan jalannya, dan orang yang suka mencelakakan meninggalkan niatnya; dan biarlah dia kembali kepada Yehuwa, yang akan berbelaskasihan kepadanya, dan kepada Allah kita, karena ia akan memberi ampun dengan limpah.”—Yesaya 55:6, 7.
9
Berabad-abad setelah itu, rasul Kristen Paulus menjelaskan kepada orang-orang Yunani di Athena yang ”cenderung untuk takut kepada dewa-dewa [mitos]”, ”Dari satu orang [Allah] menjadikan setiap bangsa manusia, untuk tinggal di atas seluruh permukaan bumi, dan ia menetapkan waktu-waktu yang telah ditentukan dan batas-batas yang tetap untuk tempat tinggal manusia, agar mereka mencari Allah, jika mereka mungkin mencari-cari dia dan benar-benar menemukan dia, meskipun dia sebenarnya tidak jauh dari kita masing-masing.”—Kisah 17:22-28.
10
Tentu Allah tidak jauh dari manusia ciptaan-Nya, Adam dan Hawa. Ia berbicara kepada mereka, menyampaikan perintah serta keinginan-Nya. Selain itu, Allah tidak menyembunyikan diri dari putra-putra mereka, Kain dan Habel. Allah menasihati Kain yang diliputi kebencian karena dengki atas persembahan adiknya kepada Allah. Akan tetapi, bukannya mengubah cara beribadatnya, Kain malah memperlihatkan intoleransi keagamaan yang penuh kecemburuan dan membunuh adiknya, Habel.—Kejadian 2:15-17; 3:8-24; 4:1-16.
11
Karena setia kepada Allah bahkan sampai mati, Habel menjadi martir pertama. Ia juga saksi Yehuwa pertama dan pelopor barisan panjang saksi-saksi pemelihara integritas sepanjang sejarah. Jadi, Paulus dapat menyatakan, ”Karena beriman, Habel mempersembahkan kepada Allah korban yang nilainya lebih besar daripada korban Kain; melalui imannya ia menerima kesaksian mengenai dirinya bahwa ia adil-benar, Allah memberikan kesaksian berkenaan dengan pemberiannya; dan melalui itu, meskipun ia sudah mati, ia masih berbicara.”—Ibrani 11:4.
12
Dalam surat yang sama kepada orang Ibrani, Paulus menyebutkan sederetan pria dan wanita yang setia, seperti Nuh, Abraham, Sara, dan Musa yang, melalui riwayat integritas mereka, termasuk di antara ”banyak saksi [bahasa Yunani, mar·ty
′ron] bagaikan awan” yang menjadi teladan dan anjuran bagi orang lain yang ingin mengenal serta melayani Allah yang benar. Mereka adalah pria dan wanita yang memiliki hubungan baik dengan Allah Yehuwa. Mereka mencari dan telah menemukan Dia.—Ibrani 11:1–12:1.
13
Yang menonjol di antara para saksi itu adalah pribadi yang digambarkan dalam buku Penyingkapan, ”Yesus Kristus, ’Saksi yang Setia’”. Yesus adalah bukti nyata lainnya akan kasih Allah, karena seperti yang Yohanes tulis, ”Kita sendiri telah mengamati dan memberikan kesaksian bahwa Bapak telah mengutus Putranya sebagai Juru Selamat dunia. Barang siapa mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Putra Allah, Allah tetap berada dalam persatuan dengan orang tersebut dan ia dalam persatuan dengan Allah. Dan kita sendiri telah mengenal dan percaya akan kasih Allah kepada kita.” Sebagai orang Yahudi, Yesus menjadi saksi sejati serta mati sebagai martir yang setia demi Bapaknya, Yehuwa. Para pengikut sejati Kristus sepanjang zaman tentu juga ingin menjadi saksi bagi dia dan bagi Allah yang benar, Yehuwa.—Penyingkapan 1:5; 3:14; 1 Yohanes 4:14-16; Yesaya 43:10-12; Matius 28:19, 20; Kisah 1:8.
14
Nubuat Yesaya menunjukkan bahwa sebagai ciri dari ”akhir masa itu”, atau yang ayat lain katakan sebagai ”hari-hari terakhir”, orang-orang akan kembali kepada Allah yang benar, Yehuwa. Mengingat keanekaragaman dan kesimpangsiuran agama yang telah kami uraikan dalam buku ini, timbul pertanyaan: Siapakah yang pada hari-hari terakhir sekarang ini benar-benar mencari Allah yang benar, untuk melayani Dia ”dengan roh dan kebenaran”? Guna menjawab pertanyaan itu, pertama-tama kita harus mengarahkan perhatian kepada kejadian-kejadian pada abad ke-19.—Yesaya 2:2-4; 2 Timotius 3:1-5; Yohanes 4:23, 24.
Pria
Muda yang Mencari Allah
15
Pada tahun 1870, seorang pria muda yang bersemangat, Charles Taze Russell (1852-1916), mulai mengajukan banyak pertanyaan mengenai ajaran turun-temurun Susunan Kristen. Ketika masih remaja, ia bekerja di toko pakaian pria milik ayahnya di kota industri yang ramai, Allegheny (sekarang bagian dari Pittsburgh), Pennsylvania, AS. Latar belakang agamanya adalah Presbiterian dan Kongregasional. Akan tetapi, ia terusik oleh ajaran-ajaran seperti takdir dan siksaan kekal dalam api neraka. Mengapa ia meragukan doktrin-doktrin dasar beberapa agama Susunan Kristen itu? Ia menulis, ”Allah yang menggunakan kuasa-Nya untuk menciptakan manusia yang telah Ia ketahui sebelumnya dan telah Ia takdirkan untuk disiksa selama-lamanya, tidaklah mungkin bersifat bijaksana, adil, atau pengasih. Standar-Nya akan lebih rendah daripada standar banyak manusia.”—Yeremia 7:31; 19:5; 32:35; 1 Yohanes 4:8, 9.
16
Menjelang akhir masa remajanya, Russell membentuk kelompok pelajaran Alkitab mingguan bersama pemuda-pemuda lain. Mereka mulai menganalisis ajaran Alkitab tentang pokok-pokok lain, seperti jiwa yang tak berkematian maupun korban tebusan Kristus dan kedatangannya yang kedua. Pada tahun 1877, di usia 25 tahun, Russell menjual sahamnya dalam bisnis ayahnya yang sukses dan memulai karier pengabaran sepenuh waktu.
17
Pada tahun 1878, timbul perbedaan pendapat yang besar antara Russell dan salah seorang rekannya, yang menolak ajaran bahwa kematian Kristus dapat menjadi pendamaian bagi para pedosa. Dalam bantahannya Russell menulis, ”Kristus melaksanakan berbagai hal baik bagi kita melalui kematian dan kebangkitannya. Ia mati menggantikan kita; ia mati sebagai orang yang benar bagi orang-orang yang tidak benar—semua orang tidak benar. Yesus Kristus melalui rahmat Allah mengecap kematian bagi setiap manusia. . . . Ia menjadi sumber keselamatan kekal bagi semua orang yang taat kepadanya.” Ia melanjutkan, ”Menebus berarti membeli kembali. Apa yang Kristus beli kembali bagi semua manusia? Kehidupan. Kehidupan kita hilang karena ketidaktaatan dari Adam yang pertama. Adam yang kedua [Kristus] membelinya kembali dengan kehidupannya sendiri.”—Markus 10:45; Roma 5:7, 8; 1 Yohanes 2:2; 4:9, 10.
18
Sebagai pendukung setia doktrin tebusan, Russell memutuskan semua hubungan dengan mantan rekannya itu. Pada bulan Juli 1879, Russell mulai menerbitkan Zion’s Watch Tower and Herald of Christ’s Presence, yang kini dikenal di seluruh dunia sebagai Menara Pengawal—Memberitakan Kerajaan Yehuwa. Pada tahun 1881, bersama orang-orang Kristen berbakti lainnya, ia mendirikan sebuah lembaga Alkitab nirlaba. Ini disebut Lembaga Risalah Menara Pengawal Zion, yang kini dikenal sebagai Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal Pennsylvania, badan hukum untuk kepentingan Saksi-Saksi Yehuwa. Sejak permulaan sekali, Russell berkukuh bahwa tidak akan ada kolekte yang dipungut di perhimpunan sidang maupun sumbangan yang diminta melalui publikasi-publikasi Menara Pengawal. Orang-orang yang bergabung dengan Russell dalam pelajaran Alkitab yang mendalam hanya dikenal sebagai Siswa-Siswa Alkitab.
Kembali
ke Kebenaran Alkitab
19
Sebagai hasil pelajaran Alkitab mereka, Russell dan rekan-rekannya menolak ajaran Susunan Kristen mengenai ”Tritunggal Mahakudus” yang misterius, jiwa manusia yang tak berkematian sejak lahir, dan siksaan kekal dalam api neraka. Mereka juga menolak perlunya golongan klerus eksklusif yang dilatih di seminari. Mereka ingin kembali kepada Kekristenan awal yang sederhana, dengan para penatua yang memenuhi syarat secara rohani untuk memimpin sidang tanpa memikirkan gaji atau upah.—1 Timotius 3:1-7; Titus 1:5-9.
20
Ketika meneliti Firman Allah, Siswa-Siswa Alkitab itu sangat tertarik pada nubuat-nubuat dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen tentang ”kesudahan dunia” dan ’kedatangan’ Kristus. (Matius 24:3, TB) Dengan memeriksa teks bahasa Yunani, mereka mendapati bahwa ’kedatangan’ Kristus sebenarnya adalah ”pa·rou·si
′a”, atau kehadiran yang tidak kelihatan. Itulah sebabnya, Kristus telah memberikan informasi kepada murid-muridnya mengenai bukti kehadirannya yang tidak kelihatan pada zaman akhir, bukan kedatangan yang kelihatan di masa depan. Sejalan dengan penelitian ini, siswa-siswa Alkitab itu pun ingin sekali memahami kronologi Alkitab yang berkaitan dengan kehadiran Kristus. Tanpa memahami semua perinciannya, Russell dan rekan-rekannya sadar bahwa tahun 1914 akan menjadi tahun penting dalam sejarah manusia.—Matius 24:3-22; Lukas 21:7-33, Int.
21
Russell tahu bahwa pekerjaan pengabaran besar-besaran harus dilakukan. Ia memahami kata-kata Yesus yang dicatat oleh Matius, ”Dan kabar baik kerajaan ini akan diberitakan di seluruh bumi yang berpenduduk sebagai suatu kesaksian kepada semua bangsa; dan kemudian akhir itu akan datang.” (Matius 24:14; Markus 13:10) Sebelum tahun 1914, Siswa-Siswa Alkitab melakukan kegiatan dengan perasaan yang mendesak. Mereka yakin bahwa kegiatan pengabaran mereka akan mencapai puncaknya pada tahun tersebut, dan karena itu mereka merasa harus mengerahkan segenap upaya untuk membantu orang lain mengetahui ”kabar baik kerajaan ini”. Akhirnya, khotbah-khotbah Alkitab C. T. Russell diterbitkan dalam ribuan surat kabar di seluruh dunia.
Ujian
dan Perubahan
22
Pada tahun 1916, di usia 64 tahun, Charles Taze Russell tiba-tiba meninggal dalam tur pengabarannya ke seluruh Amerika Serikat. Sekarang, apa yang terjadi dengan Siswa-Siswa Alkitab? Apakah mereka akan gulung tikar seolah-olah mereka adalah pengikut manusia belaka? Bagaimana mereka akan menghadapi ujian selama Perang Dunia I (1914-18), yang akan segera melibatkan Amerika Serikat?
23
Secara umum, reaksi Siswa-Siswa Alkitab terwakili oleh kata-kata W. E. Van Amburgh, seorang penanggung jawab Lembaga Menara Pengawal, ”Pekerjaan besar sedunia ini bukan pekerjaan satu orang. Benar-benar terlalu besar untuk itu. Ini adalah pekerjaan Allah dan tidak akan berubah. Allah telah menggunakan banyak hamba-Nya di masa lalu dan Ia pasti akan menggunakan banyak hamba-Nya di masa depan. Pembaktian kita bukan untuk seorang manusia, atau untuk pekerjaan manusia, tetapi untuk melakukan kehendak Allah, yang akan Ia singkapkan kepada kita melalui Firman-Nya dan petunjuk yang Ia berikan. Allah masih tetap memimpin.”—1 Korintus 3:3-9.
24
Pada bulan Januari 1917, Joseph F. Rutherford, seorang pengacara dan siswa Alkitab yang tekun, dipilih menjadi presiden kedua Lembaga Menara Pengawal. Ia memiliki kepribadian yang dinamis dan tidak bisa diintimidasi. Ia tahu bahwa Kerajaan Allah harus diberitakan.—Markus 13:10.
Semangat
yang Diperbarui dan Nama Baru
25
Lembaga Menara Pengawal mengorganisasi kebaktian-kebaktian di Amerika Serikat pada tahun 1919 dan 1922. Setelah penganiayaan pada Perang Dunia I di Amerika Serikat, bagi beberapa ribu Siswa-Siswa Alkitab pada saat itu situasinya hampir seperti Pentakosta. (Kisah 2:1-4) Ketimbang menyerah kepada rasa takut akan manusia, mereka malah semakin bersemangat memenuhi panggilan Alkitab untuk pergi dan mengabar kepada berbagai bangsa. Pada tahun 1919, Lembaga Menara Pengawal menghasilkan rekan majalah Menara Pengawal, yaitu The Golden Age, yang kini dikenal di seluruh dunia sebagai Sedarlah! Majalah ini telah menjadi alat yang ampuh untuk membuat orang sadar akan makna penting zaman kita dan membina keyakinan kepada janji sang Pencipta tentang suatu dunia baru yang penuh damai.
26
Selama tahun 1920-an dan 1930-an, Siswa-Siswa Alkitab semakin menekankan metode pengabaran umat Kristen masa awal—dari rumah ke rumah. (Kisah 20:20) Setiap orang yang percaya bertanggung jawab untuk memberikan kesaksian kepada sebanyak mungkin orang tentang pemerintahan Kerajaan Kristus. Mereka mulai mengerti dengan jelas dari Alkitab bahwa manusia dihadapkan pada sengketa besar mengenai kedaulatan universal dan bahwa ini akan dibereskan oleh Allah Yehuwa dengan memusnahkan Setan serta semua pekerjaannya yang merusak di bumi. (Roma 16:20; Penyingkapan 11:17, 18) Dalam kaitannya dengan sengketa ini, dipahami bahwa keselamatan manusia merupakan hal kedua setelah pembenaran Allah sebagai Penguasa yang sah. Karena itu, di bumi harus ada saksi-saksi yang setia yang mau memberikan kesaksian tentang maksud-tujuan dan keunggulan Allah. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi?—Ayub 1:6-12; Yohanes 8:44; 1 Yohanes 5:19, 20.
27
Pada bulan Juli 1931, Siswa-Siswa Alkitab mengadakan kebaktian di Columbus, Ohio, AS, dan ada sebuah resolusi yang disetujui oleh ribuan hadirin. Dalam resolusi itu, mereka dengan penuh sukacita menerima ”nama yang telah disebutkan oleh mulut Tuan Allah kita”, dan mereka menyatakan, ”Kami ingin dikenal dan dipanggil dengan nama ’saksi-saksi Yehuwa’.” Sejak saat itu, Saksi-Saksi Yehuwa dikenal di seluruh dunia tidak saja karena kepercayaan mereka yang berbeda, tetapi juga karena pelayanan mereka yang bersemangat dari rumah ke rumah dan di jalan-jalan. (Lihat halaman 356-7.)—Yesaya 43:10-12; Matius 28:19, 20; Kisah 1:8.
28
Pada tahun 1935, Saksi-Saksi mendapat pengertian yang lebih jelas tentang golongan Kerajaan surgawi, yang akan memerintah bersama Kristus, dan mengenai rakyatnya di bumi. Mereka sudah tahu bahwa orang Kristen terurap yang dipanggil untuk memerintah bersama Kristus dari surga hanya berjumlah 144.000. Maka, apa harapan bagi manusia lainnya? Suatu pemerintahan memerlukan rakyat agar keberadaannya dapat diakui. Pemerintahan surgawi, atau Kerajaan itu, juga akan mempunyai jutaan rakyat yang taat di bumi ini. Mereka adalah ”kumpulan besar dari orang-orang yang jumlahnya tidak seorang pun dapat menghitungnya, dari semua bangsa dan suku dan umat dan bahasa”, yang berseru, ”Kami berutang keselamatan kepada Allah kami [Yehuwa], yang duduk di atas takhta, dan kepada Anak Domba [Yesus Kristus].”—Penyingkapan 7:4, 9, 10; 14:1-3; Roma 8:16, 17.
29
Pengertian mengenai kumpulan besar ini membantu Saksi-Saksi Yehuwa memahami bahwa ada tantangan yang sangat besar di hadapan mereka—untuk mencari dan mengajar jutaan orang yang mencari Allah yang benar dan yang akan membentuk ”kumpulan besar”. Untuk itu kampanye pendidikan internasional dibutuhkan, demikian juga para pembicara dan rohaniwan yang terlatih. Sekolah-sekolah diperlukan. Semua ini sudah terbayangkan oleh presiden Lembaga Menara Pengawal yang berikutnya.
Upaya
Sedunia untuk Menemukan Orang-Orang yang Mencari Allah
30
Pada tahun 1931, jumlah Saksi tidak sampai 50.000 orang di hampir 50 negeri. Kejadian-kejadian pada tahun 1930-an dan 1940-an tidak mempermudah pengabaran mereka. Pada masa itu Fasisme serta Nazisme muncul, dan Perang Dunia II meletus. Pada tahun 1942, J. F. Rutherford meninggal. Lembaga Menara Pengawal memerlukan kepemimpinan yang penuh semangat untuk semakin menggiatkan pengabaran Saksi-Saksi Yehuwa.
31
Pada tahun 1942, di usia 36 tahun, Nathan H. Knorr dipilih menjadi presiden ketiga Lembaga Menara Pengawal. Ia seorang organisator energik yang sangat memahami perlunya memajukan pemberitaan kabar baik di seluruh dunia secepat mungkin, meskipun bangsa-bangsa masih berseteru dalam Perang Dunia II. Hasilnya, ia segera mewujudkan rencana pendirian sekolah untuk melatih para utusan injil, yang disebut Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal. Seratus siswa pertama, semuanya rohaniwan sepenuh waktu, mengikuti sekolah ini pada bulan Januari 1943. Mereka secara intensif mempelajari Alkitab dan pokok-pokok pelayanan terkait selama hampir enam bulan sebelum diutus ke daerah tugas mereka, terutama ke negeri-negeri asing. Sampai tahun 2005, sudah diadakan 118 kelas, dan ribuan rohaniwan telah lulus dari Gilead dan melayani di seluruh dunia.
32
Pada tahun 1943, hanya ada 126.329 Saksi yang mengabar di 54 negeri. Meskipun mendapat tentangan kejam dari Nazisme, Fasisme, Komunisme, dan Aksi Katolik, juga dari negara-negara yang katanya demokratis selama Perang Dunia II, pada tahun 1946 Saksi-Saksi Yehuwa mencapai puncak lebih dari 176.000 pemberita Kerajaan. Lima puluh lima tahun kemudian, ada lebih dari 6,5 juta Saksi yang aktif di 235 negeri, pulau, dan wilayah. Tidak diragukan, identitas mereka yang jelas melalui nama dan tindakan telah membuat mereka terkenal di seluruh dunia. Akan tetapi, ada faktor-faktor lain yang sangat mempengaruhi keefektifan mereka.—Zakharia 4:6.
Organisasi
Pendidikan Alkitab
33
Saksi-Saksi Yehuwa mengadakan perhimpunan, atau pertemuan, mingguan untuk mempelajari Alkitab di Balai-Balai Kerajaan yang digunakan oleh lebih dari 90.000 sidang, atau jemaat, di seluruh dunia. Perhimpunan ini tidak didasarkan pada upacara atau emosi tetapi pada tujuan memperoleh pengetahuan yang saksama tentang Allah, Firman-Nya, dan maksud-tujuan-Nya. Karena itu, Saksi-Saksi Yehuwa berkumpul tiga kali seminggu guna meningkatkan pemahaman Alkitab dan belajar cara mengabarkan serta mengajarkan beritanya kepada orang lain.—Roma 12:1, 2; Filipi 1:9-11; Ibrani 10:24, 25.
34
Contohnya, salah satu perhimpunan tengah pekan ialah Sekolah Pelayanan Teokratis, yang boleh diikuti oleh para anggota sidang. Sekolah ini, yang dipimpin oleh seorang penatua Kristen yang cakap, dimaksudkan untuk melatih pria, wanita, dan anak-anak tentang seni mengajar dan cara mengutarakan diri menurut prinsip-prinsip Alkitab. Rasul Paulus menyatakan, ”Hendaklah ucapanmu selalu menyenangkan, dibumbui dengan garam, sehingga kamu mengetahui bagaimana seharusnya memberikan jawaban kepada setiap orang.” Dalam perhimpunan Kristen mereka, Saksi-Saksi juga belajar cara menyampaikan berita Kerajaan ”dengan cara yang lembut dan respek yang dalam”.—Kolose 4:6; 1 Petrus 3:15.
35
Pada hari lain, Saksi-Saksi juga berhimpun untuk mendengarkan khotbah Alkitab selama 45 menit yang dilanjutkan dengan pembahasan tanya-jawab selama satu jam mengenai sebuah tema Alkitab yang berkaitan dengan ajaran atau tingkah laku Kristen. Para anggota sidang bisa berpartisipasi dengan bebas. Setiap tahun, Saksi-Saksi juga menghadiri tiga pertemuan yang lebih besar, yaitu kebaktian selama satu sampai empat hari, yang biasanya dihadiri oleh ribuan orang yang berkumpul untuk mendengarkan khotbah Alkitab. Selama kebaktian dan perhimpunan lain yang cuma-cuma itu, setiap Saksi memperdalam pengetahuannya tentang janji-janji Allah bagi bumi ini dan umat manusia, selain memperoleh pendidikan moral Kristen yang sangat baik. Dengan mengikuti ajaran dan teladan Kristus Yesus, setiap orang menjadi lebih dekat kepada Allah yang benar, Yehuwa.—Yohanes 6:44, 65; 17:3; 1 Petrus 1:15, 16.
Bagaimana
Saksi-Saksi Diorganisasi?
36
Secara masuk akal, jika Saksi-Saksi Yehuwa mengadakan perhimpunan dan diorganisasi untuk mengabar, harus ada seseorang yang mengambil pimpinan. Akan tetapi, mereka tidak memiliki golongan klerus yang digaji ataupun pemimpin karismatik yang dipuja. (Matius 23:10) Yesus berkata, ”Kamu menerima dengan cuma-cuma, berikan dengan cuma-cuma.” (Matius 10:8; Kisah 8:18-21) Di setiap sidang, ada penatua-penatua dan hamba-hamba pelayanan yang cakap secara rohani, yang secara sukarela mengambil pimpinan dalam mengajar dan mengatur sidang. Banyak dari mereka mempunyai pekerjaan sekuler dan berkeluarga. Ini persis seperti pola yang ditetapkan oleh orang Kristen abad pertama.—Kisah 20:17; Filipi 1:1; 1 Timotius 3:1-10, 12, 13.
37
Bagaimana para penatua dan hamba pelayanan ini dilantik? Pelantikan mereka dilakukan di bawah pengawasan suatu badan pimpinan yang terdiri atas para penatua terurap dari berbagai negeri yang fungsinya sejajar dengan badan para rasul dan penatua di Yerusalem yang mengambil pimpinan di sidang Kristen masa awal. Seperti telah kita bahas dalam Pasal 11, tidak ada rasul yang lebih unggul daripada yang lain. Mereka mengambil keputusan sebagai suatu badan, dan keputusan itu dihormati oleh sidang-sidang yang tersebar di seluruh dunia Romawi kuno.—Kisah 15:4-6, 22, 23, 30, 31.
38
Penyelenggaraan yang sama berlaku bagi Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini. Mereka mengadakan rapat mingguan di kantor pusat sedunia di Brooklyn, New York, dan dari sana berbagai instruksi dikirimkan kepada Panitia-Panitia Cabang di seluruh dunia yang mengawasi kegiatan pelayanan di setiap negeri. Dengan mengikuti contoh umat Kristen yang paling awal, Saksi-Saksi Yehuwa memberitakan kabar baik Kerajaan Allah di banyak sekali daerah di bumi. Pekerjaan itu terus berlangsung dalam skala global.—Matius 10:23; 1 Korintus 15:58.
Datang
Berduyun-duyun ke Allah yang Benar
39
Selama abad ke-20, Saksi-Saksi Yehuwa telah berkembang di seluruh bumi, bahkan di negeri-negeri yang melarang mereka. Pelarangan ini diberlakukan khususnya oleh rezim-rezim yang tidak dapat memahami pendirian netral Saksi-Saksi Yehuwa sehubungan dengan kesetiaan politis dan nasionalistis dunia ini. (Lihat kotak, halaman 347.) Meskipun demikian, di negeri-negeri itu, puluhan ribu orang berpaling kepada Kerajaan Allah sebagai satu-satunya harapan sejati untuk perdamaian dan keamanan umat manusia. Di kebanyakan bangsa kesaksian yang luar biasa telah diberikan, dan sekarang ada jutaan Saksi yang aktif di mana-mana.—Lihat bagan, halaman 361.
40
Dengan kasih Kristen dan harapan mereka akan ”langit baru dan bumi baru”, Saksi-Saksi Yehuwa menantikan kejadian-kejadian yang mengguncangkan dunia yang tak lama lagi akan mengakhiri semua ketidakadilan, korupsi, dan kefasikan di bumi ini. Karena itu, mereka akan terus mengunjungi sesama mereka sebagai upaya yang tulus untuk mendekatkan orang-orang berhati jujur kepada Allah yang benar, Yehuwa.—Penyingkapan 21:1-4; Markus 13:10; Roma 10:11-15.
41
Sementara itu, menurut nubuat Alkitab, apa masa depan yang terbentang bagi umat manusia, agama, dan bumi yang tercemar ini? Pasal terakhir akan menjawab pertanyaan penting itu.—Yesaya 65:17-25; 2 Petrus 3:11-14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar