"

Senin, 11 Februari 2013

Mengapa berminat pada agama Lain ??

Pasal 1
Mengapa
Berminat pada Agama Lain?

TIDAK soal di mana Anda tinggal, pasti Anda telah melihat sendiri bagaimana pengaruh agama atas kehidupan jutaan orang, mungkin kehidupan Anda sendiri juga. Di negeri-negeri yang mayoritas penduduknya menganut Hinduisme, Anda akan sering melihat orang melakukan puja—upacara yang antara lain mencakup memberikan sesajen kepada dewa-dewi, berupa kelapa, bunga, dan buah. Seorang pendeta akan membubuhkan setitik pewarna merah atau kuning, yaitu tilak, di dahi para penganut. Selain itu, jutaan orang setiap tahun berkumpul di Sungai Gangga untuk disucikan oleh airnya.

2
Di negeri-negeri Katolik, Anda akan melihat orang-orang berdoa di gereja dan di katedral sambil memegang salib atau rosario. Manik-manik rosario digunakan untuk menghitung doa yang dipanjatkan sebagai pemujaan kepada Maria. Dan, tidaklah sulit mengenali biarawati dan imam dari jubah mereka yang khas.



3

Di negeri-negeri Protestan, ada banyak sekali rumah ibadat dan gereja, dan pada hari Minggu jemaatnya biasa mengenakan pakaian yang paling bagus dan berkumpul untuk menyanyikan kidung pujian serta mendengarkan khotbah. Pendeta mereka sering kali mengenakan jas hitam dan kerah kependetaan yang khas.


4

Di negeri-negeri Islam, Anda dapat mendengar suara para muazin, orang yang menyerukan azan dari menara masjid lima kali sehari, memanggil umat yang saleh untuk salat, atau sembahyang. Mereka menganggap Alquran sebagai kitab suci agama Islam. Menurut kepercayaan Islam, kitab ini diwahyukan oleh Allah dan diturunkan kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril pada abad ketujuh M.


5

Di jalan-jalan banyak negeri Buddhis terlihat para biksu yang umumnya mengenakan jubah berwarna kuning-jingga, hitam, atau merah, sebagai tanda kesalehan. Candi-candi dengan patung sang Buddha yang berwajah tenang merupakan bukti bahwa kepercayaan Buddhis sudah ada sejak zaman dulu.


6

Shinto, agama yang kebanyakan penganutnya ada di Jepang, terlihat pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari dengan adanya kuil keluarga dan persembahan bagi para leluhur. Orang Jepang tidak segan-segan berdoa memohon hal-hal duniawi, bahkan keberhasilan dalam ujian sekolah.


7

Kegiatan keagamaan lain yang dikenal di seluruh dunia adalah kegiatan orang-orang yang pergi dari rumah ke rumah dan berbicara kepada orang-orang di jalan sambil membawa Alkitab dan bahan bacaan Alkitab. Dengan majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! di tangan, hampir setiap orang mengenali mereka sebagai Saksi-Saksi Yehuwa.


8

Apa yang ditunjukkan oleh begitu banyak ragam tata cara ibadat di seluruh dunia? Yaitu, bahwa selama ribuan tahun manusia membutuhkan dan merindukan hal-hal rohani. Manusia tidak lepas dari cobaan dan beban, serta keraguan dan pertanyaan, termasuk teka-teki tentang kematian. Perasaan religius diungkapkan dengan banyak cara sewaktu orang-orang berpaling kepada Allah atau dewa-dewi mereka, memohon berkat dan penghiburan. Agama juga mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan penting: Mengapa kita dilahirkan? Bagaimana seharusnya cara hidup kita? Apa masa depan umat manusia?


9

Di pihak lain, ada jutaan orang yang mengaku tidak beragama atau tidak percaya kepada suatu allah. Mereka adalah orang ateis. Yang lainnya, yaitu orang agnostik, percaya bahwa Allah tidak dikenal dan mungkin tidak dapat dikenal. Namun, tentu tidak berarti bahwa mereka tidak punya prinsip atau etika, sebagaimana seseorang yang mengaku beragama belum tentu punya agama. Akan tetapi, jika seseorang mengakui bahwa agama adalah ”pengabdian kepada suatu prinsip; kesetiaan; kesungguhan; kecintaan atau keterikatan religius”, jelaslah bahwa kebanyakan orang, termasuk orang ateis dan orang agnostik, punya suatu bentuk agama dalam kehidupan mereka.—The Shorter Oxford English Dictionary.


10

Dengan adanya begitu banyak agama dalam dunia yang semakin kecil saja karena semakin cepatnya perjalanan dan komunikasi, pengaruh beragam kepercayaan dirasakan di seluruh dunia, tidak soal kita suka atau tidak. Kemarahan masyarakat yang berkobar pada tahun 1989 karena buku The Satanic Verses, yang menurut beberapa orang adalah karangan ’seorang Muslim murtad’, merupakan bukti nyata bahwa sentimen agama dapat berskala dunia. Ada seruan dari para pemimpin Islam agar buku tersebut dilarang dan bahkan agar pengarangnya dihukum mati. Apa yang membuat orang-orang bereaksi begitu keras dalam soal agama?


11

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu tahu sedikit tentang latar belakang agama-agama dunia. Sebagaimana dinyatakan oleh Geoffrey Parrinder dalam buku World Religions—From Ancient History to the Present, ”Meneliti berbagai agama tidak berarti seseorang tidak setia kepada kepercayaannya sendiri.” Pengetahuan membuat orang berpengertian, dan pengertian membuat orang toleran terhadap orang lain yang berbeda pandangan.


Mengapa


Menyelidiki?


12

Pernahkah Anda berpikir atau mengatakan, ’Saya punya agama sendiri. Ini soal yang sifatnya sangat pribadi. Saya tidak membahasnya dengan orang lain’? Memang, agama sifatnya sangat pribadi—boleh dibilang sejak kita lahir orang tua dan sanak keluarga telah menanamkan dalam benak kita gagasan-gagasan agama atau etika. Maka, kita biasanya akan mengikuti standar-standar agama orang tua dan kakek nenek kita. Agama bisa dikatakan menjadi soal tradisi keluarga. Apa hasil dari proses ini? Sering kali, orang lainlah yang memilihkan agama untuk kita. Agama akhirnya hanya soal di mana dan kapan kita dilahirkan. Atau, seperti diperlihatkan oleh sejarawan Arnold Toynbee, keterpautan seseorang pada suatu kepercayaan sering kali ditentukan oleh ”tempat seseorang kebetulan dilahirkan”.


13

Apakah masuk akal untuk beranggapan bahwa agama yang telah ditentukan atas seseorang pada waktu ia lahir pastilah kebenaran? Seandainya Anda dilahirkan di Italia atau di Amerika Selatan, misalnya, mau tidak mau, Anda mungkin akan dibesarkan sebagai seorang Katolik. Jika Anda dilahirkan di India, kemungkinan besar Anda otomatis menjadi seorang Hindu atau, jika Anda dari daerah Punjab, mungkin menjadi orang Sikh. Andaikata orang tua Anda dari Pakistan, Anda tentulah menjadi seorang Muslim. Dan, jika Anda dilahirkan di sebuah negeri Sosialis beberapa dasawarsa yang lalu, Anda kemungkinan tidak punya pilihan selain dibesarkan sebagai seorang ateis.—Galatia 1:13, 14; Kisah 23:6.


14

Oleh karena itu, apakah agama seseorang sejak lahir pasti agama yang benar, yang diperkenan Allah? Seandainya konsep itulah yang diikuti selama ribuan tahun, banyak orang tentu masih mempraktekkan syamanisme primitif dan kultus-kultus kesuburan kuno, dengan anggapan bahwa ’apa yang cukup baik bagi nenek moyang saya cukup baik bagi saya’.


15

Karena ada banyak ragam ekspresi keagamaan yang berkembang di seluruh dunia selama 6.000 tahun belakangan ini, dengan memahami kepercayaan orang lain dan asal usul kepercayaan mereka setidaknya kita menambah pengetahuan dan memperluas wawasan. Dan, hal itu juga dapat membuat kita memiliki harapan yang lebih nyata akan masa depan.


16

Di banyak negeri dewasa ini, karena imigrasi dan perpindahan penduduk, orang-orang dari berbagai agama tinggal di lingkungan yang sama. Jadi, memahami pandangan orang lain dapat menghasilkan komunikasi dan percakapan yang lebih berbobot di antara orang-orang yang berbeda kepercayaan. Mungkin juga, pemahaman ini dapat menghilangkan sebagian kebencian di dunia yang disebabkan oleh perbedaan agama. Memang, orang mungkin sangat tidak sepaham dengan keyakinan agama orang lain, tetapi tidaklah beralasan untuk membenci seseorang hanya karena ia menganut pandangan yang berbeda.—1 Petrus 3:15; 1 Yohanes 4:20, 21; Penyingkapan (Wahyu) 2:6.


17

Hukum Yahudi kuno mengatakan, ”Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN [Yehuwa].” (Imamat 19:17, 18, TB) Pendiri Kekristenan mengatakan, ”Tetapi kepada kamu yang mendengarkan, aku mengatakan: Teruslah kasihi musuh-musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu, . . . dan upahmu akan besar, dan kamu akan menjadi putra-putra dari Yang Mahatinggi, karena ia baik hati kepada orang yang tidak berterima kasih dan fasik.” (Lukas 6:27, 35) Di bawah judul ”Perempuan yang Diuji”, Quran menyatakan prinsip serupa (surat 60:7, Al Qur’an dan Terjemahnya, karya Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an), ”Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


18

Namun, sekalipun toleransi dan pengertian itu diperlukan, bukan berarti apa yang dipercayai seseorang tidak menjadi soal. Sebagaimana dikatakan oleh sejarawan Geoffrey Parrinder, ”Kadang-kadang dikatakan bahwa semua agama mempunyai tujuan yang sama, atau adalah berbagai jalan yang paralel menuju kebenaran, atau bahkan bahwa semua mengajarkan doktrin yang sama . . . Namun, orang Aztek kuno, yang mengacungkan jantung korban-korban mereka yang masih berdenyut ke matahari, agamanya pasti tidak sebaik agama sang Buddha yang cinta damai.” Selanjutnya, sehubungan dengan ibadat, bukankah Allah sendiri yang harus menentukan apa yang dapat diterima dan yang tidak?—Mikha 6:8.


Bagaimana


Menilai Agama?


19

Kebanyakan agama mempunyai sekumpulan kepercayaan atau doktrin, tetapi doktrin-doktrin ini sering kali menjadi teologi yang sangat rumit, yang tidak dapat dipahami oleh orang awam pada umumnya. Namun, prinsip sebab-akibat berlaku dalam setiap kasus. Ajaran suatu agama harus mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku sehari-hari setiap pemeluknya. Jadi, tingkah laku setiap orang biasanya, sedikit atau banyak, adalah cerminan dari latar belakang agamanya. Apa pengaruh agama Anda atas diri Anda? Apakah agama Anda menghasilkan pribadi yang lebih baik hati? Lebih murah hati, jujur, rendah hati, toleran, dan berbelas kasihan? Pertanyaan-pertanyaan ini masuk akal, karena seperti dikatakan oleh seorang guru besar agama, Yesus Kristus, ”Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, tetapi setiap pohon yang busuk menghasilkan buah yang tidak berguna; pohon yang baik tidak dapat menghasilkan buah yang tidak berguna, demikian pula pohon yang busuk tidak dapat menghasilkan buah yang baik. Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik ditebang dan dilemparkan ke dalam api. Maka sebenarnya, dari buah-buahnya kamu akan mengenali orang-orang itu.”—Matius 7:17-20.


20

Sejarah dunia pasti membuat kita berpikir dan bertanya-tanya tentang apa peranan agama dalam banyak peperangan yang memorak-porandakan umat manusia dan menimbulkan penderitaan yang tak terlukiskan. Mengapa begitu banyak orang membunuh dan dibunuh atas nama agama? Perang Salib, Inkwisisi, pertikaian di Timur Tengah dan di Irlandia Utara, pembantaian antara Irak dan Iran (1980-88), bentrokan Hindu-Sikh di India—semua peristiwa ini tentu membuat orang yang berpikir logis mengajukan pertanyaan mengenai kepercayaan agama dan etika.—Lihat kotak di bawah.


21

Negeri-negeri Susunan Kristen terkenal dengan kemunafikannya dalam bidang ini. Dalam dua perang dunia, orang Katolik membunuh orang Katolik dan orang Protestan membunuh orang Protestan atas perintah para pemimpin politik mereka yang ”Kristen”. Padahal, Alkitab dengan jelas mempertentangkan perbuatan daging dan buah roh. Sehubungan dengan perbuatan daging, Alkitab menyatakan, ”Ini adalah percabulan, kenajisan, tingkah laku bebas, penyembahan berhala, praktek spiritisme, permusuhan, percekcokan, kecemburuan, ledakan kemarahan, pertengkaran, perpecahan, sekte-sekte, kedengkian, bermabuk-mabukan, pesta pora, dan hal-hal seperti ini semua. Sehubungan dengan hal-hal ini aku memperingatkan kamu sebelumnya, dengan cara yang sama sebagaimana aku sudah memperingatkan kamu sebelumnya, bahwa orang yang mempraktekkan hal-hal demikian tidak akan mewarisi kerajaan Allah.” Namun, mereka yang mengaku beragama Kristen sudah biasa melakukan hal-hal ini selama berabad-abad, dan tingkah laku mereka sering kali dibiarkan oleh para pemimpin agama mereka.—Galatia 5:19-21.


22

Sebaliknya, buah-buah yang positif dari roh adalah ”kasih, sukacita, damai, kepanjangsabaran, kebaikan hati, kebaikan, iman, kelemahlembutan, pengendalian diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal demikian”. Semua agama harus menghasilkan buah perdamaian semacam ini. Tetapi, apakah demikian? Bagaimana dengan agama Anda?—Galatia 5:22, 23.


23

Jadi, pengkajian dalam buku ini tentang pencarian manusia akan Allah melalui agama-agama dunia dimaksudkan untuk menjawab beberapa pertanyaan kita. Tetapi, apa standar untuk menilai suatu agama? Standar siapa yang digunakan?


’Agama


Saya Cukup Baik bagi Saya’


24

Banyak orang tidak mau membahas soal agama dengan mengatakan, ’Agama saya cukup baik bagi saya. Saya tidak berbuat jahat kepada siapa pun, dan saya menolong orang jika saya sanggup.’ Tetapi, apakah itu sudah cukup? Apakah standar pribadi kita untuk menilai agama sudah memadai?


25

Jika agama, seperti dinyatakan oleh sebuah kamus, merupakan ”ungkapan kepercayaan manusia dan hormatnya kepada suatu kekuatan adimanusiawi yang diakui sebagai pencipta dan penguasa alam semesta”, tentu timbul pertanyaan, Apakah agama saya cukup baik bagi sang pencipta dan penguasa alam semesta? Jika demikian, Pencipta seharusnya juga berhak menentukan tingkah laku, ibadat, dan doktrin yang diperkenan dan yang tidak. Untuk itu, Ia harus menyingkapkan kehendak-Nya kepada manusia, dan apa yang Ia singkapkan harus mudah tersedia dan diperoleh semua orang. Selanjutnya, penyingkapan itu, walaupun diberikan dalam selang waktu berabad-abad, harus selalu selaras dan konsisten. Maka, tantangan yang dihadapkan kepada setiap orang adalah memeriksa bukti-bukti yang ada dan menyimpulkan kehendak Allah yang diperkenan.


26

Salah satu buku paling kuno yang mengaku diilhami Allah adalah Alkitab. Alkitab juga adalah buku yang paling banyak diedarkan dan diterjemahkan sepanjang sejarah. Hampir dua ribu tahun yang lalu, salah seorang penulisnya mengatakan, ”Berhentilah dibentuk menurut sistem ini, tetapi berubahlah dengan mengubah pikiranmu, agar kamu dapat menyimpulkan kehendak Allah yang baik dan diperkenan dan sempurna.” (Roma 12:2) Dari manakah kita bisa menyimpulkan kehendak Allah? Penulis yang sama mengatakan, ”Segenap Tulisan Kudus diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menegur, untuk meluruskan perkara-perkara, untuk mendisiplin dalam keadilbenaran, agar abdi Allah menjadi cakap sepenuhnya, diperlengkapi secara menyeluruh untuk setiap pekerjaan yang baik.” Jadi, Alkitab yang terilham seharusnya menjadi tolok ukur yang dapat dipercaya untuk ibadat yang sejati dan yang diperkenan.—2 Timotius 3:16, 17.


27

Bagian yang tertua dalam Alkitab lebih tua daripada semua kitab agama lainnya di dunia. Taurat, atau lima buku pertama dalam Alkitab, yaitu Hukum yang ditulis oleh Musa di bawah ilham, berasal dari abad ke-15 dan ke-16 SM. Sebagai perbandingan, kitab Hindu Rig-Weda (kumpulan himne) selesai ditulis kira-kira tahun 900 SM dan tidak mengaku diilhami. ”Kanon Tiga Keranjang” milik orang Buddhis berasal dari abad kelima SM. Quran, yang mengaku diturunkan Allah melalui malaikat Jibril, berasal dari abad ketujuh M. Kitab Mormon, yang kabarnya diberikan kepada Joseph Smith di Amerika Serikat oleh seorang malaikat bernama Moroni, berasal dari abad ke-19. Seandainya sejumlah kitab itu memang terilham, seperti pengakuan beberapa orang, bimbingan agama yang diberikannya seharusnya tidak bertentangan dengan ajaran Alkitab, yang merupakan sumber terilham pertama. Kitab-kitab tersebut juga harus menjawab beberapa pertanyaan yang paling membingungkan manusia.


Pertanyaan-Pertanyaan


yang Perlu Dijawab


28

(1) Apakah Alkitab mengajarkan apa yang kebanyakan agama ajarkan dan apa yang kebanyakan orang percayai, misalnya, bahwa manusia mempunyai jiwa yang tidak berkematian dan bahwa pada waktu mati jiwa akan pindah ke alam lain, ”akhirat”, surga, neraka, atau api penyucian, atau bahwa jiwa akan kembali dalam suatu reinkarnasi?

(2) Apakah Alkitab mengajarkan bahwa Tuan Yang Berdaulat di alam semesta tidak bernama? Apakah Alkitab mengajarkan bahwa Dia adalah Allah yang esa? atau tiga pribadi dalam satu Allah? atau banyak allah?

(3) Menurut Alkitab, apa maksud-tujuan Allah yang semula sewaktu menciptakan manusia untuk hidup di bumi?

(4) Apakah Alkitab mengajarkan bahwa bumi akan dihancurkan? Atau, apakah Alkitab hanya menyebutkan akhir, atau penutup, bagi sistem dunia yang bejat ini?

(5) Bagaimana kedamaian batin dan keselamatan dapat benar-benar dicapai?


29

Setiap agama mempunyai jawaban yang berbeda, tetapi dalam pencarian kita akan ’agama yang murni’, kita akhirnya harus sampai pada kesimpulan yang Allah inginkan. (Yakobus 1:27, BIS) Mengapa kita dapat berkata demikian? Karena prinsip dasar kita ialah, ”Biarlah Allah didapati benar, meskipun setiap orang didapati pendusta, sebagaimana ada tertulis, ’Supaya engkau adil-benar dalam firmanmu dan menang pada waktu engkau dihakimi.’”—Roma 3:4.


30

Setelah kita mempunyai dasar untuk mengkaji agama-agama dunia, marilah kita beralih ke awal pencarian manusia akan hal-hal rohani. Apa yang kita ketahui mengenai asal mula agama? Apa pola ibadat orang-orang zaman dulu dan yang mungkin primitif?
[Catatan
Kaki]
Jika Anda berminat untuk segera mendapat jawaban dari Alkitab, kami sarankan agar Anda memeriksa ayat-ayat berikut: (1) Kejadian 1:26; 2:7; Yehezkiel 18:4, 20; Imamat 24:17, 18; Matius 10:28; (2) Ulangan 6:4; 1 Korintus 8:4-6; (3) Kejadian 1:27, 28; Penyingkapan 21:1-4; (4) Pengkhotbah 1:4; Matius 24:3, 7, 8; (5) Yohanes 3:16; 17:3; Filipi 2:5-11; 4:6, 7; Ibrani 5:9.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar