"

Kamis, 25 Oktober 2012

Apakah kita di bawah sepuluh hukum ?







Pasal
24

Apakah
Kita di bawah Sepuluh Hukum?

HUKUM-HUKUM APA yang Allah Yehuwa inginkan untuk kita taati? Apakah kita harus memelihara apa yang disebut Alkitab “Hukum Musa” atau kadang-kadang, “hukum Taurat”? (1 Raja 2:3; Titus 3:9) Hukum-hukum ini juga disebut “taurat TUHAN [Yehuwa]” karena Ia adalah Pribadi yang memberikannya. (1 Tawarikh 16:40) Musa hanyalah menyampaikan Taurat itu kepada orang-orang.

2
Hukum Musa terdiri atas lebih dari 600 hukum, atau perintah, termasuk ke-10 perintah utama. Seperti dikatakan Musa: “DiperintahkanNya kepadamu untuk dilakukan, yakni Kesepuluh Firman dan Ia menuliskannya pada dua loh batu.” (Ulangan 4:13; Keluaran 31:18) Akan tetapi, kepada siapa Yehuwa memberikan hukum Taurat itu, termasuk Sepuluh Hukum? Apakah Ia memberikannya kepada seluruh umat manusia? Apa maksud-tujuan dari hukum Taurat itu?

read more






KEPADA

BANGSA ISRAEL UNTUK MAKSUD ISTIMEWA







3

Hukum Taurat tidak diberikan kepada seluruh umat manusia. Yehuwa mengadakan perjanjian dengan keturunan Yakub, yang menjadi bangsa Israel. Yehuwa memberikan hukum-hukum-Nya hanya kepada bangsa ini. Alkitab menjelaskannya di Ulangan 5:1-3 dan Mazmur 147:19, 20.







4

Rasul Paulus mengajukan pertanyaan: “Apakah maksudnya hukum Taurat?” Ya, untuk maksud apa Yehuwa memberikan hukum-Nya kepada Israel? Paulus menjawab: “Oleh karena pelanggaran-pelanggaran—sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu . . . Jadi hukum Taurat adalah penuntun [atau, guru] bagi kita sampai Kristus datang.” (Galatia 3:19-24) Maksud khusus dari hukum Taurat adalah untuk melindungi dan membimbing bangsa Israel agar mereka dapat siap menerima Kristus apabila ia datang. Banyaknya korban yang dituntut oleh hukum Taurat mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka adalah orang-orang berdosa yang membutuhkan seorang Juru Selamat.—Ibrani 10:1-4.







“KRISTUS

ADALAH KEGENAPAN HUKUM TAURAT”







5

Tak salah lagi, Kristus Yesus adalah Juru Selamat yang dijanjikan, seperti dinyatakan oleh malaikat pada waktu kelahirannya. (Lukas 2:8-14) Jadi ketika Kristus datang dan memberikan kehidupannya yang sempurna sebagai korban, apa yang terjadi dengan hukum Taurat? Hukum itu disingkirkan. “Kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun,” demikian penjelasan Paulus. (Galatia 3:25) Disingkirkannya hukum Taurat merupakan suatu pembebasan bagi orang-orang Israel. Hukum itu telah menyoroti mereka sebagai orang-orang berdosa, karena mereka semua tidak sanggup melaksanakan hukum Taurat dengan sempurna. “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat,” kata Paulus. (Galatia 3:10-14) Jadi Alkitab juga mengatakan: “Kristus adalah kegenapan hukum Taurat.”—Roma 10:4; 6:14.







6

Hukum Taurat sebenarnya dimaksudkan sebagai pemisah atau “tembok” antara orang Israel dan bangsa-bangsa lain yang tidak berada di bawah hukum itu. Akan tetapi, dengan korban kehidupannya, Kristus “membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya [orang Israel dan non-Israel] menjadi satu manusia baru di dalam diriNya.” (Efesus 2:11-18) Mengenai tindakan Allah Yehuwa sendiri terhadap hukum Musa, kita membaca: “Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum [termasuk Kesepuluh Hukum] mendakwa dan mengancam kita [karena mengutuk orang Israel sebagai pedosa]. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib [“tiang siksaan,” NW].” (Kolose 2:13, 14) Jadi, dengan korban Kristus yang sempurna, hukum Taurat diakhiri.







7

Akan tetapi, beberapa orang mengatakan bahwa hukum Taurat dibagi menjadi dua bagian: Kesepuluh Hukum, dan hukum-hukum yang lain. Hukum-hukum yang lain, kata mereka, itulah yang berakhir, tetapi Kesepuluh Hukum tetap berlaku. Namun hal ini tidak benar. Dalam Khotbah di Bukit Yesus mengutip dari Kesepuluh Hukum maupun bagian-bagian lain dari hukum Taurat dan tidak membeda-bedakannya. Dengan demikian Yesus memperlihatkan bahwa hukum Musa tidak dibagi menjadi dua bagian.—Matius 5:21-42.







8

Perhatikan pula, apa yang ditulis rasul Paulus di bawah ilham Allah: “Sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat.” Apakah orang-orang Yahudi hanya dibebaskan dari hukum-hukum lain yang tidak termasuk dalam Kesepuluh Hukum? Tidak, karena Paulus selanjutnya mengatakan: “Justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: ‘Jangan mengingini!’” (Roma 7:6, 7; Keluaran 20:17) Karena “Jangan mengingini” adalah perintah terakhir dari Kesepuluh Hukum, hal ini berarti bahwa orang-orang Israel juga dibebaskan dari Kesepuluh Hukum itu.







9

Apakah ini berarti bahwa hukum untuk memelihara Sabat mingguan, yang menjadi perintah keempat dari Kesepuluh Hukum, juga disingkirkan? Ya, memang. Apa yang Alkitab katakan di Galatia 4:8-11 dan Kolose 2:16, 17 memperlihatkan bahwa umat Kristen tidak berada di bawah hukum Allah yang diberikan kepada orang-orang Israel, beserta tuntutan-tuntutannya untuk memelihara Sabat mingguan dan untuk merayakan hari-hari istimewa lainnya dalam satu tahun. Bahwa memelihara hukum Sabat bukan suatu tuntutan Kristen juga dapat dilihat dari Roma 14:5.







HUKUM-HUKUM

YANG BERLAKU BAGI UMAT KRISTEN







10

Apakah ini berarti bahwa, karena umat Kristen tidak di bawah Kesepuluh Hukum, mereka tidak perlu menaati hukum apa pun? Sama sekali tidak. Yesus memperkenalkan suatu “perjanjian baru,” yang didasarkan atas korban yang lebih baik yaitu kehidupan manusianya sendiri yang sempurna. Umat Kristen berada di bawah perjanjian baru ini dan tunduk kepada hukum-hukum Kristen. (Ibrani 8:7-13; Lukas 22:20) Banyak dari antara hukum-hukum ini diambil dari hukum Musa. Hal ini tidak aneh atau luar biasa. Hal serupa sering terjadi apabila suatu pemerintah baru mengambil alih kekuasaan suatu negara. Undang-undang dalam pemerintah yang lama mungkin dibatalkan dan diganti, tetapi banyak hukum dalam undang-undang yang baru berasal dari undang-undang yang lama. Demikian pula, perjanjian hukum Taurat berakhir, tetapi banyak dari hukum-hukum dan prinsip-prinsip dasarnya diambil alih ke dalam Kekristenan.







11

Perhatikan bagaimana hal ini memang demikian sambil membaca Kesepuluh Firman di halaman 203, dan kemudian membandingkannya dengan hukum-hukum dan ajaran Kristen yang berikut: “Engkau harus menyembah Tuhan [Yehuwa], Allahmu.” (Matius 4:10; 1 Korintus 10:20-22) “Waspadalah terhadap segala berhala.” (1 Yohanes 5:21; 1 Korintus 10:14) “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu [tidak menyia-nyiakan].” (Matius 6:9) “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu.” (Efesus 6:1, 2) Selain itu, Alkitab menjelaskan bahwa pembunuhan, perzinahan, mencuri, berdusta dan ketamakan juga bertentangan dengan hukum-hukum bagi orang Kristen.—Wahyu 21:8; 1 Yohanes 3:15; Ibrani 13:4; 1 Tesalonika 4:3-7; Efesus 4:25, 28; 1 Korintus 6:9-11; Lukas 12:15; Kolose 3:5.







12

Meskipun umat Kristen tidak diperintahkan untuk memelihara Sabat mingguan, kita dapat belajar dari penyelenggaraan itu. Orang-orang Israel beristirahat secara aksara, tetapi umat Kristen harus beristirahat secara rohani. Bagaimana? Karena iman dan ketaatan, umat Kristen sejati berhenti dari pekerjaan-pekerjaan yang mementingkan diri. Pekerjaan-pekerjaan yang mementingkan diri ini termasuk usaha-usaha untuk membuat kebenaran mereka sendiri. (Ibrani 4:10) Istirahat rohani ini dilaksanakan bukan hanya satu hari seminggu tetapi selama tujuh hari. Tuntutan dari hukum Sabat aksara agar menyisihkan satu hari untuk kepentingan rohani melindungi orang-orang Israel sehingga tidak menggunakan seluruh waktu secara mementingkan diri demi mencari keuntungan jasmani mereka sendiri. Menerapkan prinsip ini setiap hari secara rohani menjadi suatu perlindungan yang bahkan lebih efektif untuk melawan materialisme.







13

Jadi umat Kristen dianjurkan untuk “memenuhi hukum Kristus,” sebaliknya daripada memelihara Kesepuluh Hukum. (Galatia 6:2) Yesus memberikan banyak perintah dan petunjuk dan dengan menaatinya kita memelihara atau memenuhi hukum-hukumnya. Secara khusus, Yesus menekankan pentingnya kasih. (Matius 22:36-40; Yohanes 13:34, 35) Ya, mengasihi orang-orang lain adalah suatu hukum Kristen. Ini adalah dasar dari seluruh hukum Musa, seperti dikatakan Alkitab: “Seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!’”—Galatia 5:13, 14; Roma 13:8-10.







14

Hukum yang diberikan melalui Musa, dengan Kesepuluh Hukumnya adalah suatu kumpulan hukum yang benar dari Allah. Meskipun kita tidak berada di bawah hukum itu kita akan makin menghargai Allah Yehuwa, Pemberi Hukum yang agung. Namun, terutama hendaknya kita mempelajari dan menerapkan hukum-hukum dan ajaran-ajaran Kristen dalam kehidupan kita. Kasih kepada Yehuwa akan menggerakkan kita untuk menaati semua yang Ia tuntut dari kita sekarang.—1 Yohanes 5:3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar