Pemerintahan
Allah yang Penuh Damai
APAKAH SAUDARA memperhatikan bahwa pemerintahan-pemerintahan manusia, sekalipun memiliki maksud-maksud baik, tidak berhasil memenuhi apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh umat manusia? Tidak satu pun yang telah mengatasi problem kejahatan dan kebencian antar bangsa atau yang telah menyediakan makanan dan perumahan yang layak bagi seluruh rakyatnya. Mereka belum berhasil membebaskan para warganya dari penyakit secara menyeluruh. Juga belum ada pemerintahan yang dapat menghentikan usia tua atau kematian atau menghidupkan kembali orang-orang mati. Tidak satu pun yang menghasilkan perdamaian dan keamanan kekal bagi para warganya. Pemerintahan-pemerintahan manusia sama sekali tidak dapat mengatasi problem-problem besar yang dihadapi rakyat mereka.
2
Pencipta kita tahu betapa kita sangat membutuhkan suatu pemerintahan yang adil-benar yang memungkinkan semua orang menikmati kehidupan yang penuh arti dan bahagia. Itulah sebabnya Alkitab memberi tahu tentang suatu pemerintahan di bawah pimpinan Allah. Sebenarnya pemerintahan oleh Allah yang dijanjikan ini menjadi berita utama dari Alkitab.
3
Akan tetapi, mungkin saudara bertanya: ‘Di mana Alkitab menyebut tentang pemerintahan Allah?’ Ada, misalnya, di Yesaya 9:6, 7 [Alkitab Indonesia: ayat 5, 6]. Menurut King James Version, ayat-ayat ini berbunyi: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita: dan pemerintahan akan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan Ajaib, Penasihat, Allah yang kuasa, Bapa yang kekal, Pangeran Perdamaian. Besar pemerintahannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan.”
4
Di sini Alkitab memberi tahu tentang kelahiran seorang anak, seorang pangeran. Pada waktunya ‘putra raja’ ini akan menjadi seorang penguasa besar, “Pangeran Perdamaian.” Ia akan berkuasa dalam suatu pemerintahan yang benar-benar menakjubkan. Pemerintahan ini akan mendatangkan perdamaian di seluruh bumi, dan perdamaian ini akan berlangsung selama-lamanya. Anak ini, yang kelahirannya dinubuatkan di Yesaya 9:5, 6, adalah Yesus. Ketika mengumumkan kelahirannya kepada perawan Maria, malaikat Gabriel mengatakan tentang Yesus: “Ia akan menjadi raja . . . dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.”—Lukas 1:30-33.
MENEKANKAN
PENTINGNYA KERAJAAN ITU
5
Selama di bumi, pekerjaan utama dari Kristus Yesus dan para pendukungnya adalah mengabar dan mengajar tentang kerajaan Allah yang akan datang. (Lukas 4:43; 8:1) Mereka menyebut tentang kerajaan itu lebih dari 140 kali dalam Alkitab. Yesus bahkan mengajar para pengikutnya untuk berdoa kepada Allah: “Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga.” (Matius 6:10) Apakah kerajaan yang didoakan oleh umat Kristen benar-benar suatu pemerintahan? Mungkin ada yang menganggap bahwa tidak demikian halnya, tetapi ia memang suatu pemerintahan. Kristus Yesus putra Allah adalah raja dari Kerajaan itu. Seluruh bumi akan menjadi daerah yang akan diperintahnya. Betapa menyenangkan apabila umat manusia tidak lagi terpecah-belah menjadi banyak bangsa yang saling bertentangan, tetapi semuanya dipersatukan dengan damai di bawah pemerintahan Kerajaan Allah!
6
Yohanes Pembaptis mulai mengabarkan tentang pemerintahan ini, memberi tahu orang-orang: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 3:1, 2) Mengapa Yohanes dapat mengatakan hal ini? Karena Yesus, pribadi yang akan menjadi penguasa dari pemerintahan surgawi Allah, akan dibaptis olehnya dan diurapi dengan roh suci Allah. Maka anda dapat mengerti mengapa Yesus belakangan mengatakan kepada orang-orang Farisi: “Sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” (Lukas 17:21) Yesus, yang Allah lantik menjadi raja, ada di sana bersama mereka. Selama tiga setengah tahun Yesus mengabar dan mengajar. Dengan setia kepada Allah sampai mati, ia membuktikan diri berhak menjadi raja.
7
Untuk memperlihatkan bahwa kerajaan Allah suatu sengketa penting selama pelayanan Kristus, marilah kita perhatikan apa yang terjadi pada hari terakhir sebelum kematiannya. Alkitab memberi tahu kita bahwa orang-orang menuduh Yesus, katanya: “Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diriNya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja.” Mendengar hal-hal ini, gubernur Roma Pontius Pilatus bertanya kepada Yesus: “Engkaukah raja orang Yahudi?”—Lukas 23:1-3.
8
Yesus tidak langsung menjawab pertanyaan Pilatus, tetapi mengatakan: “KerajaanKu bukan dari dunia ini; jika KerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi KerajaanKu bukan dari sini.” Yesus menjawab demikian karena kerajaannya kelak bukan suatu kerajaan duniawi. Ia akan memerintah dari surga, bukan dari suatu takhta di bumi sebagai seorang manusia. Karena yang menjadi sengketa adalah apakah Yesus berhak memerintah sebagai raja atau tidak, Pilatus sekali lagi bertanya kepada Yesus: “Jadi Engkau adalah raja?”
9
Jelas, Yesus diadili untuk menentukan nasibnya, karena ia mengabar dan mengajarkan tentang suatu pemerintahan yang baru. Maka Yesus menjawab Pilatus: “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran.” (Yohanes 18:36, 37) Ya, Yesus menggunakan kehidupannya di bumi untuk memberitahukan kebenaran yang menakjubkan tentang pemerintahan Kerajaan Allah kepada orang banyak. Inilah berita utamanya. Kerajaan masih tetap menjadi sengketa yang paling penting dewasa ini. Namun, pertanyaan-pertanyaan ini masih perlu dijawab: Pemerintahan mana yang paling penting dalam kehidupan seseorang? Apakah pemerintahan manusia, atau kerajaan Allah dengan Kristus sebagai penguasa?
MERENCANAKAN
PEMERINTAHAN YANG BARU DI BUMI
10
Pada waktu Setan membujuk Adam dan Hawa untuk bergabung dengan dia dalam pemberontakannya, Yehuwa memandang perlunya suatu pemerintahan baru atas umat manusia. Maka Allah segera memberitahukan maksud-tujuan-Nya untuk mendirikan pemerintahan demikian. Ia menyebut tentang pemerintahan ini ketika menjatuhkan hukuman atas ular itu, yang sebenarnya ditujukan kepada Setan si Iblis: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”—Kejadian 3:14, 15.
11
Akan tetapi, saudara mungkin bertanya: ‘Di mana dikatakan di sini tentang suatu pemerintahan?’ Mari kita periksa pernyataan ini dengan teliti dan kita akan lihat. Alkitab mengatakan bahwa akan ada permusuhan, atau kebencian, antara Setan dan “perempuan ini.” Lagi pula, akan ada kebencian antara “keturunan” atau anak-anak ular, dan “keturunan” atau anak-anak dari perempuan ini. Pertama-tama, kita perlu menyelidiki siapa “perempuan” ini.
12
Ia bukan seorang perempuan di bumi. Setan tidak mempunyai perasaan benci khusus terhadap salah seorang perempuan manusiawi. Akan tetapi, ini adalah perempuan yang bersifat lambang. Jadi, ia menggambarkan sesuatu yang lain. Hal ini diperlihatkan dalam buku terakhir dari Alkitab, Wahyu, yang memberikan lebih banyak keterangan tentang dia. Di sana “perempuan” ini dilukiskan “berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.” Untuk membantu kita mengetahui siapa yang digambarkan sebagai “perempuan” ini, perhatikan apa yang selanjutnya dikatakan oleh Wahyu tentang anaknya: “Ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhtaNya.”—Wahyu 12:1-5.
13
Dengan mempelajari siapa atau apa gerangan “Anak laki-laki” itu, kita akan dibantu untuk mengetahui siapa atau apa yang digambarkan dengan “perempuan.” Anak itu bukan suatu pribadi secara aksara, sama seperti perempuan itu bukan seorang wanita manusiawi sungguh-sungguh. Alkitab memperlihatkan bahwa “Anak laki-laki” ini akan “memerintah segala bangsa.” Jadi “Anak” itu menggambarkan pemerintahan Allah dengan Kristus Yesus sebagai rajanya. Karena itu, “perempuan” menggambarkan organisasi Allah yang terdiri dari makhluk-makhluk yang setia di surga. Sama seperti “Anak laki-laki” dilahirkan dari “perempuan” itu, demikian pula sang Raja, Kristus Yesus, datang dari organisasi surgawi, yaitu tubuh yang terdiri dari makhluk-makhluk roh yang loyal di surga yang bekerja sama untuk melaksanakan maksud-tujuan Allah. Galatia 4:26 (Bode) menyebut organisasi ini “Yerusalem yang di atas.” Maka, ketika Adam dan Hawa mula-mula memberontak melawan pemerintahan Allah, Yehuwa merencanakan suatu pemerintahan Kerajaan yang akan menjadi harapan bagi orang-orang yang mencintai kebenaran.
YEHUWA
MENGINGAT JANJINYA
14
Yehuwa tidak melupakan janji-Nya untuk mengutus suatu “keturunan” yang akan menjadi penguasa dari pemerintahan Allah. Penguasa ini akan membinasakan Setan dengan meremukkan kepalanya. (Roma 16:20; Ibrani 2:14) Belakangan, Yehuwa mengatakan bahwa keturunan yang dijanjikan akan datang melalui Abraham pria yang setia itu. Yehuwa memberi tahu Abraham: “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat.” (Kejadian 22:18) Siapa “keturunan” yang dijanjikan ini yang akan datang melalui garis keturunan Abraham? Alkitab memberikan jawabannya kemudian, dengan berkata: “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan ‘kepada keturunan-keturunannya’ seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: ‘dan kepada keturunanmu’, yaitu Kristus.” (Galatia 3:16) Yehuwa juga mengatakan kepada Ishak, putra Abraham, dan Yakub cucunya, bahwa “keturunan” dari “perempuan” Allah akan datang melalui garis keturunan mereka.—Kejadian 26:1-5; 28:10-14.
15
Supaya jelas bahwa “keturunan” ini akan menjadi raja yang memerintah, Yakub membuat pernyataan ini kepada Yehuda, putranya: “Tongkat kerajaan [atau, wewenang untuk memerintah] tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya [Silo, Klinkert; NW], maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.” (Kejadian 49:10) Kristus Yesus lahir dari suku Yehuda. Ia terbukti sebagai “Silo.” Kepadanya ‘bangsa-bangsa akan takluk.’—Ibrani 7:14.
16
Kira-kira 700 tahun setelah pernyataan kepada Yehuda ini, Yehuwa berkata tentang Daud dari suku Yehuda: “Aku telah mendapat Daud, hambaKu . . . Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya, dan takhtanya seumur langit.” (Mazmur 89:21, 30) Pada waktu Allah mengatakan “anak cucu [keturunan]” Daud akan ada “sampai selama-lamanya” dan bahwa “takhtanya” akan berlangsung “seumur langit,” apa yang Ia maksudkan? Allah Yehuwa memaksudkan bahwa pemerintahan Kerajaan di tangan Kristus Yesus, penguasa yang Ia lantik, akan ada untuk selama-lamanya. Bagaimana kita tahu?
17
Ingatlah apa yang dikatakan oleh Gabriel malaikat Yehuwa, kepada Maria mengenai anak yang akan dilahirkannya. Ia berkata: “Hendaklah engkau menamai dia Yesus.” Akan tetapi, Yesus tidak akan tetap menjadi anak, atau pun seorang dewasa, di bumi. Gabriel mengatakan selanjutnya: “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan [Yehuwa] Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.” (Lukas 1:31-33) Bukankah benar-benar menakjubkan bahwa Yehuwa telah mengatur untuk mendirikan suatu pemerintahan yang adil-benar demi faedah kekal dari orang-orang yang mengasihi Dia dan percaya kepada-Nya?
18
Waktunya kini telah dekat bagi pemerintahan Kerajaan Allah untuk bertindak membinasakan semua pemerintahan di dunia. Pada saat itu Kristus Yesus akan bertindak sebagai Raja yang berkemenangan. Dalam melukiskan peperangan ini, Alkitab mengatakan: “Pada zaman raja-raja, Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya, . . . kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya.” (Daniel 2:44; Wahyu 19:11-16) Dengan lenyapnya semua pemerintahan lain, pemerintahan Allah akan memenuhi apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh manusia. Penguasanya, Kristus Yesus, akan memperhatikan agar tidak seorang pun dari rakyatnya yang setia menjadi sakit, tua atau mati. Kejahatan, problem perumahan, kelaparan dan semua problem lain serupa itu akan diatasi. Akan ada perdamaian dan keamanan sejati di seluruh bumi. (2 Petrus 3:13; Wahyu 21:3-5) Namun, kita perlu belajar lebih banyak tentang orang-orang yang akan menjadi para penguasa dalam pemerintahan Kerajaan Allah ini.
Sumber:You can live forever in paradise ooin earth by WBTC
Sumber:You can live forever in paradise ooin earth by WBTC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar